Senadadengan Kiai Hasan, Ahmad Suharto, wakil pengasuh santri di Pondok Gontor Putri 1 di Ngawi, para santri di Gontor diajarkan untuk bisa lebih terbuka dengan banyak hal. Di dalam satu kamar, tidak boleh satu daerah. Dalam permainan sepak bola, satu tim tidak boleh satu daerah. Di dalam bermain musik, drum band, sampai pencak silat dan
Saatpertama kali masuk ke Pondok Pesantren Gontor, santri putra wajib membayarkan biaya administrasi sebesar Rp 6.142.000. Di dalam biaya administrasi tersebut sudah mencakup beberapa komponen seperti di bawah ini. Biaya Ponpes Putri
Hari ini ada 11 orang santri PP Gontor 2 dinyatakan positif Covid-19," kata Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni kepada Kompas.com, Rabu siang. Sebanyak 11 santri Gontor yang terinfeksi corona selanjutnya akan dirawat di RS Lapangan Covid-19 Indrapura, Surabaya. Baca juga: Telusur Santri Terpapar Corona, Pondok Gontor Miliki Alat PCR Sendiri
500Santri Pondok Gontor Jalani Rapid Test Sementara itu, Juru Bicara Tim Satgas Pondok Gontor, M. Adib Fuadi Nuriz, mengatakan sebelas santri Pondok Gontor 2 yang sebelumnya dirawat di RS Lapangan Surabaya kondisinya semakin membaik. Selama di rumah sakit darurat itu, para santri mendapatkan asupan makanan maupun vitamin yang memadai.
KondisiKamar Santri Pesantren Gontor. Kamar Pondok Pesantren Gontor tidak tentu luasnya. Tergantung desain gedung. Ada yang seperti aula, ada juga yang kecil hanya ukuran sekitar 4 x 7. Tapi rata-rata kalau pengalaman kami sekitar 5 x 8. Ada yang lebih besar. Keadaannya adalah ruang kosong. Sama sekali tidak ada apa-apa. Hanya pintu dan jendelanya lebar.
Ratusansantri dari Pesantren Gontor tiba di Terminal Tipe A (TTA) Tirtonadi Solo, Rabu (7/4/2021). Dongeng Putri Tikus dan Penyihir yang Sakit Hati, Cerita Pengantar Tidur Anak 12 jam lalu . Chord Bintang 14 hari Kangen Band, Empat Belas Hari Ku Mencari Dirimu Rumah Cluster 3 Kamar Harga 500 Juta Di Cilegon 8 jam lalu - Banten.
TRIBUNJAKARTACOM, PONOROGO - Dinas Kesehatan Ponorogo menyampaikan kabar gembira menyusul 13 santri Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 2 sembuh dari Covid-19. Satgas Covid-19 Pondok Modern
PeraturanBaju Santri Putri Gontor Perempuan dikenal dengan busananya yang beragam. Namun tidak dengan santriwati Pondok Modern Gontor. Peraturan Pesantren Gontor Putri memiliki aspek yang menyeluruh. Kesederhanaan dalam berpakaian dicerminkan dengan baik di pondok ini. Para santriwati tidak boleh memiliki baju harian lebih dari enam stel.
Saatpondok tersebut dipimpin oleh Kyai Khalifah, terdapat seorang santri yang sangat menonjol dalam berbagai bidang. Namanya Sulaiman Jamaluddin, putera Panghulu Jamaluddin dan cucu Pangeran Hadiraja, Sultan Kasepuhan Cirebon. Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo (PMDG) atau lebih dikenal dengan Pondok Modern Gontor (Putri/Putra
Menjadi santri atau santriwati di Pondok Modern Darussalam Gontor Mlarak - Ponorogo atau Pondok Gontor Putri 2 di Sambirejo Mantingan, Ngawi adalah sebuah pilihan untuk menjadi lebih baik seperti tujuan pendiri Pondok Gontor. Dengan jadwal ketat dan banyaknya aturan menjadikan santri atau santriwati menuai hasil seperti yang diharapkan.
BuHjJb. Peraturan Pesantren Gontor Putri memang unik. Tidak hanya persoalan dipisah jauh dengan kampus putra, tapi masih banyak peraturan unik lainnya. seperti apa sebenarnya peraturan di pondok pesantren Gontor khusus santriwati putri? Oleh karena itu, kali ini kami akan membahas serba-serbi peraturan fenomenal dari beberapa peraturan yang ada di Pondok Modern Gontor Putri. Selain berdasarkan pengalaman pribadi dan teman-teman penulis, kami juga merangkum dari berbagai artikel terpercaya yang tersebar di internet. Peraturan Gontor Putri untuk Tamu Peraturan Makanan SehatPeraturan Baju Santri Putri Gontor Peraturan Berkerudung di Pesantren GontorSetoran Hafalan Peraturan Mukena Pesantren Pengiriman Uang untuk Santriwati Peraturan Sekolah Gontor Putri Peraturan Gontor Putri untuk Tamu Ya, Pondok Modern Gontor memang terkenal dengan peraturannya yang sangat ketat. Bukan hanya di pondok putra, pondok putri pun mendapatkan peraturan yang sama ketatnya. Bagi setiap tamu yang datang ke wilayah putri, wajib menunjukkan kartu mahrom sebagai bukti bahwa santriwati yang ditemui adalah keluarganya dan bukan orang asing. Peraturan pesantren Gontor putri memang demikian. Maksudnya adalah jelas memiliki hubungan keluarga yang jelas, hal ini berguna untuk menghindari jika ada ikhwan iseng yang ingin menemui santriwati yang bukan keluarganya. Dan tambahan, jika santriwati ingin menemui keluarga yang menjenguknya maka wajib menggunakan kaos kaki untuk menutup aurat. Apalagi jumlah santrinya mencapai 30 ribuan, selengkapnya di sini. Bisa dibayangkan jumlah tamunya. Peraturan Makanan Sehat Makanan keseharian santri identik dengan mie instan bukan? Seperti Indomie atau Mie Sedap. Tapi, jangan salah, pihak Pondok Modern Gontor Putri melarang bagian kantin, kafetaria, ataupun minimarket pondok menjual produk berupa mie instan. Guna memenuhi gizi santriwati seimbang, pondok mengganti mie instan dengan makanan lain yang jelas empat sehat lima sempurna. Inilah peraturan pesantren Gontor putri yang menarik. Karenanya, jika Anda berkunjung ke sana, bisa dipastikan tidak ada satu pun yang menjual mie instan. Bahkan dalam peraturan, orang tua ataupun wali santriwati yang menjenguk atau mengirimkan paket, hanya diperbolehkan mengirim 3 bungkus mi instan saja. Hal ini juga dilakukan untuk menjaga masalah kesehatan, karena salah satu masalah utama santri adalah kesehatan. Bisa dibaca lengkap beberapa masalah santri di sini. Peraturan Baju Santri Putri Gontor Perempuan dikenal dengan busananya yang beragam. Namun tidak dengan santriwati Pondok Modern Gontor. Peraturan Pesantren Gontor Putri memiliki aspek yang menyeluruh. Kesederhanaan dalam berpakaian dicerminkan dengan baik di pondok ini. Para santriwati tidak boleh memiliki baju harian lebih dari enam stel. Selain meminimalisir jurang antara si kaya dan si miskin dari gaya berpakaian, peraturan ini juga bermaksud agar santriwati segera mencuci pakaian kotornya dan menghilangkan hobi menumpuk baju kotor. Seperti peribahasa sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui bukan? Hehe Peraturan Berkerudung di Pesantren Gontor Mungkin Anda sudah tidak asing lagi dengan yang namanya kerudung bergo bukan? Kerudung dengan desain simple dan ringkas yang bisa langsung dipakai. Kaum hawa biasa menyebutnya dengan kerudung “bergo” atau kerudung rumahan. Nah sebagai gantinya, para santriwati menggunakan jilbab segi empat yang panjangnya menutupi dada. Kerudung segi empat ini khasnya santriwati Pondok Modern Gontor. Peraturan berkerudung di Gontor demikian. Ditambah para santriwati wajib menggunakan topi kerudung yang menambahkan kesan rapi penggunanya. Duh, teduh nan damai dipandang. Cantik dah. Seperti inilah peraturan pesantren Gontor putri. Setoran Hafalan Mengingat banyaknya mata pelajaran yang ada di pondok, maka santriwati memang harus sedikit demi sedikit mencicil materi yang telah dipelajari agar tidak susah payah ketika menghadapi ujian di kemudian hari. Selain menyetorkan hafalan pelajarannya, santriwati juga leluasa bertanya pelajaran pondok yang masih belum dimengerti dan tentu meningkatkan bonding antara guru dan murid. Peraturan pesantren Gontor Putri ini sangat unik dan jarang sekali ditemukan di pondok – pondok lain. Karena umumnya di pesantren lain hanya setoran hafalan Al Quran. Masih dalam peraturan mengenai pakaian, mukena yang digunakan santriwati sholat wajib berwarna putih dan bukan warna – warna lain. Warna putih ini dimaksudkan untuk menyelaraskan mukena antara santriwati satu dengan lainnya. Sederhana dan tidak bermewah – mewahan. Dan jika santriwati sampai masjid, maka sandal yang dipakai harus dimasukkan ke dalam tas sandal. Selain menjaga agar tidak tertukar dengan ratusan sandal santriwati lainnya, peraturan ini juga berfungsi untuk menjaga kebersihan dan kerapian areal masjid pondok. Pengiriman Uang untuk Santriwati Peraturan mengenai uang santriwati dari dahulu sampai sekarang masih tetap sama. Yakni menggunakan wessel. Juga sekarang sudah ditambah adanya aplikasi. Link aplikasi di sini. Selain itu, setiap minggunya santriwati hanya diperbolehkan menarik uang di Adm administrasi pondok sebesar Rp. ribu rupiah saja, bisa jadi setiap tahun angkanya sudah berubah. Pastinya peraturan pesantren Gontor putri ini dibuat agar santriwati tidak boros dan bisa menghemat uang yang dikirimkan oleh orang tuanya di rumah. Bagaimana jika santriwati membutuhkan uang lebih untuk keperluannya? Bapak dan ibu tenang saja, santriwati bisa menuliskan alasannya mengambil uang lebih pada buku tabungan miliknya. Peraturan Sekolah Gontor Putri Peraturan satu ini mungkin terdengar aneh di masyarakat. Bagaimana mungkin santriwati ke sekolah membawa buku pelajaran tanpa tas sekolah? Bagaikan peraturan tak tertulis, ke sekolah tanpa membawa tas sudah mendarah daging di keseharian santriwati. Bahkan tidak membawa tas ke sekolah ini malah menjadi “signature-nya” Pondok Modern Gontor ini. Unik ya. Demikian 8 peraturan unik dari sekian peraturan yang ada di Pondok Modern Gontor Putri. Kalau ingin tahu peraturan ketat di putra bisa dibaca di sini. Ustadzah Pesantren Putri Gontor Post Views
Anda penasaran dengan suasana Kamar Pondok Pesantren Gontor?Jika iya, maka Anda sangat tepat mengunjungi artikel kami ini. Di artikel ini kami akan sedikit mengulas mengenai profil singkat dan suasana kamar yang akan santri rasakan selama menjadi santri di salah satu pondok yang berusia tua Singkat GontorKamar SantriSuasana KamarMakan dan Minum SantriProfil Singkat GontorSiapa yang tak kenal dengan Pesantren Gontor? Bisa dipastikan hampir semua orang di Indonesia, khususnya kaum terpelajar mengetahui pesantren yang satu ini. Pendidikannya yang modern, pembelajaran bahasa asing yang mengakar, dan pendidikan kedisiplinan yang tegas merupakan image dari pesantren yang sebentar lagi akan memasuki usianya yang ke 95 sejarah pendidikannya, tak terhitung sudah berapa banyak jasa yang diberikan Gontor bagi Nusantara. Belum lagi dengan banyaknya alumni yang menjadi tokoh-tokoh penting alumni gontor yang menjadi tokoh Negara adalah Alm KH Hasyim Muzadi mantan Ketua NU, Prof Dr Din Syamsuddin mantan Ketua MUI dan Muhammadiyah, Dr KH Hidayat Nur Wahid mantan Ketua MPR, dan masih banyak lagi tokoh nasional alumin Gontor yang tidak bisa kami sebutkan reputasinya yang sudah terkenal di seantero negeri, tak heran banyak orang tua yang tertarik untuk memasukkan anaknya ke Pesantren Gontor. Bahkan kini jumlah keseluruhan santrinya telah mencapai sekitar angka Yang mana para santri tersebut bermukim di pondok pusat dan berbagai pondok cabang yang tersebar di berbagai Anda akan menyangka sebagai pesantren yang telah diakui sebagai pesantren modern terbaik di Indonesia, pasti Gontor akan memanjakan setiap santrinya dengan berbagai fasilitas. Anda mungkin membayangkan sebuah pesantren yang asramanya mewah, ada WC didalam, terpasang Ac, ranjang tingkat, dan berbagai kemewahan lainnya. Apakah sangkaan Anda itu benar?Nah untuk menjawab pertanyan tersebut, kami akan sedikit mengulas mengenai fasilitas dan suasana kamar Pondok Pesantren Gontor. Berikut ulasannya!Kamar SantriDalam pembagian kamarnya, Pesantren Gontor menerapkan system pembagian kamar berdasarkan angkatannya. Dalam istilah Gontor pembagian tersebut dengan Rayon. Untuk santri baru nantinya akan memasuki Rayon Sigor Baru, kelas 2 dan kelas 3 menempati Rayon Sigor. Kemudian kelas 4 dan kelas 3 intensif akan menempati Rayon Kibar. Adapun kelas 5 dan 6 akan menempati kamar sesuai jabatannya dalam bidang kepengurusan rayon nantinya memiliki beberapa kamar, yang mana setiap kamar dihuni sekitar 20 santri. Mengenai ukuran kamarnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Kemudian fasilitas yang ada di dalam kamar pun bisa dibilang seadanya, bahkan sangat jauh berbeda dari kamar yang ada di pesantren modern pada kasurnya, santri hanya menggunakan jenis kasur seperti Kasur Palembang yang bisa dikatakan cukup tipis. Tidak ada ranjang bertingkat seperti pesantren modern kebanyakan. Karenanya saat dalam posisi tidur di malam hari, santri seperti berada di dalam tenda pengungsian korban bencana alam. Tidak ada kipas angin, kamar mandi dalam ruangan, AC, maupun fasilitas mewah lainnya. Paling tidak setiap santri hanya mendapatkan fasilitas lemari yang tidak terlalu kamar mandinya, bagian ini terletak di bagian belakang setiap rayonnya. Bentuk kamar mandinya berjejer seperti kamar mandi yang ada di masjid dan SPBU. Tidak ada fasilitas mewah seperti shower, bak tidur, air hangat, dll. Semuanya sangat sederhana. Bahkan terkadang beberapa kamar mandinya didesain dengan menggunakan satu bak untuk semua kamar di dekat kamar mandi, terdapat ruangan untuk mencuci dan tempat menjemur pakaian. Biasanya para santri akan mencuci bajunya secara berjamaah pada hari Jumat. Hal ini dikarenakan hari Jum’at merupakan hari kebebasan bagi para santri. Adapun bagi santri yang malas mencuci, maka bisa menggunakan jasa laundry yang dikoordinir oleh agendanya yang sangat padat merayap seperti kemacetan di Jakarta, maka kamar santri biasanya lebih sering kosong daripada di isi penghuninya. Para santri lebih banyak menghabiskan waktunya di luar kamar. Baik itu di dalam kelas, masjid, lapangan, studio music, dan tempat pembelajaran lainnya untuk melakukan proses dikatakan sangat sedikit sekali waktu luang bagi para santri, karena itu biasanya para santri akan memanfaatkan betul waktu luang yang ada sebagai waktu untuk berpindah ke alam mimpi. Meskipun cuacanya sangat panas dan tidak ada kipas angin atau AC di dalamnya, para santri akan tertidur dengan lelap. Hal ini tentu karena lelahnya mereka dalam perjuangan mengkaji dan Minum SantriUntuk perihal hajat makanan bagi para santri, Gontor memiliki mekanisme yang sangat rapih dalam pembagiannya. Setiap waktu makan para santri akan berkumpul di ruang makan. Mereka diwajibkan untuk membawa perabot makan masing-masing. Kemudian mereka akan mengantri seperti antrian bansos untuk mendapatkan yang diberikan akan ditakar oleh petugas bagian dapur. Biasanya petugas dapur adalah para santri senior yang sudah diberi amanah itu sebelumnya. Apabila belum kenyang, maka santri tidak boleh menambah ulang. Jika santri masih lapar, maka santri bisa membeli makanan yang tersedia di kantin untuk masalah air minumnya, pengurus menyediakan satu buah galon yang disimpan di masing-masing kamar. Nantinya dari setiap kamar akan ditunjuk jadwal piket harian untuk mengisi ulang galon yang habis. Pengisiannya dilakukan di depot galon yang sudah disediakan tertarik memasukkan anak anda ke Pesantren Gontor?Baca Juga 9 Pesantren Terbaik di Tasikmalaya
Santriwati yang kini bertugas di Kemlu RI di KJRI Istanbul menulis kisah nyantri di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo PMDG, tentang kemandirian dan bekal ketangguhan hidup CERITA di Gontor Putri tidak akan pernah habis bagi masing-masing santriwatinya. Kisah ini adalah salah satu contoh bagaimana Pak Kyai dapat memotivasi muridnya dengan pengalamannya yang kemudian diterjemahkan menjadi doa untuk kami seluruh santri. Kisah ini diawali bunyi jaros lonceng yang kencang sore itu, tanda seluruh santriwati sudah harus bergegas ke Masjid Darussalam, Gontor Putri untuk menunaikan sholat Maghrib. Aku ingat bergegas berangkat dari Rayon Pakistan, tempat tinggal saat menginjak Kelas IV setara kelas I Madrasah Aliyah, mungkin sekitar tahun 1997. Suasana damai sekali, qira’ah quran yang terdengar dari pengeras suara masjid menambah kesyahduan “Kampung Damai” Darusalam duduk rapi bersiap membaca al-Quran, tidak terlalu lama kemudian diumumkan akan ada taujihat dari Pengasuh Pondok Modern Gontor Putri, KH. Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA. Santriwati di masjid saling berbisik, apa yang kira-kira terjadi sehingga beliau hadir di masjid? Sosok beliau yang sangat kharismatik kedian berdiri di depan mimbar, beliau ternyata ingin berbagi cerita perjalanan umroh bersama keluarga yang dilanjutkan dengan ziarah ke Istana Al Hamra di Granada, Andalusia, Spanyol dan Istanbul Turki. Indahnya dekorasi istana Al Hamra dan sekitarannya, dikisahkan seolah-olah kami para santriwati ikut dibawa ke sana. Aku teringat yang beliau sampaikan kira-kira begini di akhir cerita Al Hamra. Katanya, terbersit rasa sedih melihat Istana Al Hamra yang indah, simbol kejayaan Muslim Andalusia kemudian harus diganti menjadi simbol kekalahan Muslim ketika Sultan terrakhir Andalusia Muhammad XII menyerah pada kekuasaan Kristen di Spanyol. Tidak hanya itu, kisah berakhimya kejayaan Al Hamra juga diikuti kisah sedih dan kelam yang dialami umat Muslim di sana. “Namun rasa sedih itu kemudian dapat diobati ketik perjalanan kami lanjutkan mengunjungi Hagia Sofía Ayasofya, di Istanbul, Turki, sebuah banguna yang pernah menjadi masjid ketika Sultan Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel, kemudian menjadi pusat keilmuan untuk Muslim yang manfaatnya dirasakan seluruh dunia saat ini,” demikian kata beliau. Kami para santri, hening mendengar dan ikut terbawa suasana hati beliau. “Kami berdoa semoga anak-anak kami kelak dapat mengunjungi tempat-tempat bersejarah bagi umat Msim di situ,” tutupnya dan santriwatipun serentak menjawab “Amiiiiiin….” Tidak tesa, mata mengalir di pipi sambil berdoa lirih. “Ya Allah, kabulkan ya Allah, hamba ingin mengunjungi tempat-tenmpat itu.” Pada malam tanggal 18 Juli 2020, 23 tahun sejak kisah indah di Masjid Darussalam itu, aku duduk tepat menatap Hagia Sophia dari dekat. Sebelumnya pada 10 Juli 2020, Pemerintah Turki mengumumkan Hagia Sophia akan dikembalikan fungsinya dan izzah-nya sebagai masjid sesuai Waqaf Sultan Muhammad Al-Fatih setelah 86 tahun berfungsi sebagai museum. Penduduk Muslim berbagai bangsa yang berada di Istanbul saat ini akan menyambut shalat Jumat pertama di “MasjidHagia Sophia” pada tanggal 24 Juli 2020. Subhanallah, betapa tidak ada yang mustahil kalau Allah sudah berkehendak. Teringat dengan jelas betapa doa di Masjid Darusaalam itu menjadi motivasi untuk memantaskan diri dapat menggapai ridho-Nya sampai ke tempat ini dengan cara yang baik. Adzan Isya’ kemudian bersahutan, bergantian kumandangnya dari Hagia Sophia dan Masjid Sultan Ahmed Blue Mosque yang letaknya berhadapan. Hening lagi terhimpit haru, lirih bergumam, “..Ustadz….doa Ustadz dan doa kami Allah kabulkan, Alhamdulillah. Terima kasih Ustadz..” Seketika rindu guru-guru, rindu semua sahabat, rindu Kampung Damai. Cerita tidaklah selesai sampai di Masjid Darussalam sore itu. Doa dan cerita Pak Kyai, Bapak Pengasuh menjadi motivasi untuk menempuh perjalanan 23 tahun dari “Masjid Darussalam sore itu” hingga ke “Masjid Hagia Sophia malam ini Pendidikan di Pondok Gontor memang Pendidikan kelas dunia, sebuah pendidikan kemasyarakatan bukan lembaga kemasyarakatan. Keikhlasan dan kesungguhan guru-gurunya mendidik santri dapat menularkan semangat kesungguhan bagi santri untuk belajar. Semua kegiatan di pondok bermafaskan pendidikan, membius santri dalam miliu militansi perjuangan. Jika membayangkan seluruh kegiatan dan soal-soal ujian di Pondok Gontor saat itu pada masa sekarang, rasa-rasanya mustahil dapat lulus. Herannya, seluruh santri mampu dan kuat melewatinya. Kami digembleng untuk tidak hanya bertanggung jawab atas pendidikan diri sendiri tetapi juga digembleng untuk bertanggungjawab atas kemaslahatan bersama. Gemblengan berbuat untuk kemaslahatan bersama itu dimulai saat santri kelas IV yang dinilai sudah mulai dewasa, mesti bertanggung jawab mengurus perpulangan bersama anggota konsulat hingga ke daerah asal masing-masing denga selamat. Saat itu naik pesawat belum jamak. Sehingga bus atau kapal laut menjadi sarana transpot perpulangan akhir tahun ajaran, temasuk untuk Konsulat DKI Jakarta. Dibantu musyrifah pembimbing, santri kelas IV juga ikut mempersiapkan segala keperluan perpulangan, mulai dari pemesanan bus, konsumsi, surat-surat jalan santri hingga obat-obatan selama perjalanan perpulangan yang ditunggu akhirnya datang. Dengan penuh rasa syukur dan bangga, menyambut Ramadhan para santri dilepas pulang ke rumah masing-masing oleh Pengasu PM Gontor Putri, KH. Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA dan Direktur KMI, Alm KH Sutadij Tajuddin, MA, Konsulat Jakarta berangkat dengan 4 armada bus, melewati jalur Pantura dan tujuan akhir pemberhentian di Masjid Istiqlal. Perjalanan ternyata tidak semudah yang direncanakan, 1 bus ternyata mogok dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Konsekuensinya, seluruh santri di bus mogok harus pindah disebar ke 3 bis yang tersisa. Berdesak-desakan dan sedikit tidak nyaman memang, tetapi keinginan bisa segera sampai Jakarta dan bertemu orang tua mengalahkan semua rasa tidak nyaman itu. Alhamdulillah, 3 bis rombongan konsulat yang tersisa akhirnya bisa sampai Jakarta dengan selamat. Perjalanan pulang yang ditempuh 23 tahun yang lalu itu pun atas kehendak Allah terefleksikan kembali pada masa-masa pandemi di Istanbul ini. Memegang amanah sebagai pelaksana fungsi Kekonsuleran di KJRI Istanbul, harus selalu siap terlibat dengan masalah-masalah perlindurngan WNI termasuk bertanggung jawab untuk program repatriasi perpulangan WNI kembali ke tanah air. Tugas ini kerap membawa kembali ingatan bagaimana seluruh urusan kesiapan perpulangan santri dapat diselesaikan dengan baik karena kesungguhan dan kerja sama tim konsulat yang kompak. Masalah mesti ada, tetapi semua dihadapi dengan ceria. Maka, ketika masa harus mengurus perpulangan WNI tiba dan deal yang harus dijalani sekarang adalah dengan maskapai penerbangan, imigrasi dan institusi polisi negara lain, beban itu tidak dirasa terlalu berat karena ada “bekal pengajaran'” di Pondok dan kerja sama tim yang luar biasa. Suka duka “perjalanan perpulangan” menguatkan diri untuk optimis menghadapi seluruh tantangan dalam mengurus perpulangan WNI ke tanah air. Pondok mengajarkan fokus, detail dan kerja hingga tuntas tanpa imbalan apalagi minta hormat. Idealisme yang diajarkan di Pondok adalah idealisme tertinggi, “bekerja, berbuat Lillaahi ta ala“. Lillahi ta ala itu juga yang mengantarkan bertugas total dan semangat melalui semua hambatan demi repatriasi WNI dapat selamat tiba di tanah air. Melalui masa pandemi di negeri orang dan di saat yang bersamaan memegang amanah sebagai abdi masyarakat, istri dan ibu memang tidak mudah. Dealing dengan orang sakit dan tetap harus menjaga keselamatan diri sendiri, tim kerja dan keluarga memerlukan strategi. Jika terasa lelah dan tiba-tiba stuck, maka obat mujarab adalah ingat kembali bagaimana kita para alumni mendapatkan pendidikan dan pembekalan dari poncdok untuk menjadi perempuan yang sittilkul. Kekuatan kembali datang kalau ingat pengalaman di kelas 1, Rayon Santiniketan, sekitar tahun 1995 dulu pernah tertular sakit kulit di kaki, hingga infeksi dan demam. Mustahil untuk mengerjakan semuanya sendirian tanpa bantuan sahabat karena walaupun sakit harus bisa mengikuti jadwal ujian akhir tahun saat itu. Tanpa rasa jijik dan takut tertular, ada sahabat, kakak kelas dan guru yang setia membasuh kaki dan membalurnya dengan obat, ada yang setia bergiliran mengambilkan makanan dari Kopda, ada yang setia menemani belajar dan meminjamkan catatan dan ada juga yang setia mengantarkan ke Balai Kesehatan Santri BKSM untuk mengikuti ujian tulis di sana. Pengalaman diurus ketika sakit di pondok menjadikan diri ini rasanya malu kalau tidak bisa ikhlas dan sungguh-sungguh membantu orang yang sakit dan memerlukan uluran tangan. Ada pengalaman lucu yang tidak akan pernah terlupakan ketika sakit itu. Demam menggigil menyerang di saat teman-teman sudah berangkat ke masjid untuk menunaikan sholat Maghrib. Beruntung kakak pengurus rayon memperbolehkan istirahat di rayon dan sholat di kamar. Pusing, sakit panas, kangen rumah, sakit gatal di kaki plus lapar sukses membuat sakit terasa lebih berat dan menangis sendirian. Ketika mencoba memejamkan mata, tiba-tiba ada yang meraba dahi dan berbisik bicara dengan dua temannya yang lain, katanya dengan bahasa Arab yang kira-kira artinya ini “Badannya Ibeth panas, punya obat gak?” lalu temannya menjawab, “Kita kan lagi kabur gak sholat di masjid kok malah mau ngobatin orang?”. Kubuka mata dan tidak terlalu lama keputusan mereka yang akan kabur sholat dari masjid dibatalkan, satu perwakilan dari tiga orang ini pergi ke masjid dan meminta izin kakak pengurus Rayon untuk mengurus aku yang sakit. Tiga orang ini memang terkenal sebagai insan sirriroh saat itu. Dua orang pergi mengambil daun yang akrab kami panggil “daun cocor bebek”, daun ini ampuh menurunkan panas. Daun itu kemudian mereka geprek dengan batu dan mereka tempelkan ke dahiku. Mereka kemudian mengambilkan makan dan memanggil Ustadzah musyrifah Rayon Santiniketan, Usth. Ema dari Gresik, melihat luka di kakiku, membasuh air dan kemudian mengambil obat untuk dibalurkan di kaki. Tak lama mobil pondok dating menjemputku dan membawa ke rumah sakit. Jika ingat semua pengalaman ini, tidak terperikan rasa syukur kupanjatkan kepada Allah SWT karena pernah mengenyam pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor. Kepedulian dan ukhuwah yang ditanamkan sejak aku kecil itu terpatri kuat di dalam diri dan kubawa dalam setiap perantauanku di bumi Allah. Pondok Modern Gontor memberiku pembekalan dan itu sudah lengkap dibungkus dalam Panca Jiwa Pondok, Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwah Islamiyah dan Kebebasan. Bagi para santri, “bekal Gontor itu dulu mungkin tidak terlihat, tetapi tanda disadari bekal itu dijiwai, diresapi oleh tiap insan di Kampung Damai. Teladan dari Pak Kyai dan para guru membuat bekal-bekal itu menjadi satu paket lengkap. Elizabeth Diana Dewi Foto Istimewa Teringat kala itu, tahun 2000, bersama teman-teman yang akan berangkat belajar ke Universitas Islam Antara Bangsa, Malaysia UIAM, kami berpamitan memohon doa restu dari Direktur KMI saat itu, Alm KH Sutadji Tajuddin, MA. Pesan beliau sederhana, “kerjakan semua dengan sungguh-sungguh belajar sungguh-sungguh dan jangan bosan jadi orang baik.” Beliau melepas kami dengan doa. Perjalanan merantau ke negeri orang untuk pertama kali dimulai. Uang saku pas-pasan membuat kami mau tidak mau harus mencari pekerjaan ekstra di luar jam studi. Rezekinya waktu itu bekerja part time di sebuah cafe di Kampus UIAM. Pengalaman pernah merasakan menjadi pengurus dapur di pondok, membuat pekerjaan di cafe terasa ringan saja. Menjadi pengurus dapur namun tetap tidak boleh satu kalipun meninggalkan kelas, juga menjadi pemecut semangat untuk giat bekeja dan belajar agar bisa selesai studi pada waktunya di UIAM. Pendidikan dan semua kepernahan di Pondok Modern Darussalam Gontor telah membentuk para alumninya untuk dapat survive, dan bahkan berperan, memberikan sumbangsih bagi sekitarnya dari berbagai aspek. Namun, semua tetap saja akan kembali pada “sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu.” Cita-cita dan doa tetap harus dibangun dengan kerja keras. Kerja keras berjuang pun juga memerlukan ridho dan doa orang tua, para guru kita. Maka, ketika berpamitan kepada Ustad Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA, sebelum kami bertugas ke Istanbul, beliau berpesan, “..wattaqullaaha wa yuallimukumullaahu….” Di akhir percakapan kami, beliau bacakan doa dan menutup dengan Al-Fatihah. Semoga Allah swt karuniakan rahmatNya, perlindunganNya untuk Pondok Modern Gontor, kepad aguru-guru kami, orang tua kami dan semua penduduk “Kampung Damai”, amin.*/Dikisahkan Elizabeth Diana Dewi, MIR, santriwati lulusan 1999, kini bertugas di Kemlu RI di KJRI Istanbul