Pengaruhiman kepada qadaโ dan qadar. Mempercayai qadha dan qadar itu merupakan hati kita. Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang menyenangkan maupun
Imankepada Qadha dan Qadar. Pendahuluan. Indikator. Pengertian dan Dalil. Macam-macam Takdir. Hikmah Beriman kepada Qadha dan Qadar. Latihan. Tes. Daftar Pustaka. Tim. Kurikulum 2013. Dilihat: 20723 Diunduh: 1805. Latihan. Dengan cara klik dan geser, masukkan pilihan jawaban yang tepat ke dalam kotak yang sesuai!
Allahdalam ayat lain turut pesan bahawa bumi memang akan rosak disebabkan tangan-tangan manusia. Bermakna memang qada dan qadar Allah pada manusia memang keunikannya macam tu. Tapi apabila malaikat query seperti di atas, Allah tetap back up kita, Hei malaikat, aku tahu apa yang kamu tak tahu. Dialog ini dicatat dalam surah Al-baqarah.
Qada dan Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir. Jadi, Iman kepa qadaโ dan qadar adalah percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi di alam raya ini, semuangnya telah ditentukan Allah SWT sejak jaman azali. Iman kepada qadaโ dan qadar termasuk rukun iman yang keenam. Rasulullah bersabda :
ALLAHSWT. Cirri-ciri perilaku orang yang beriman kepada qada dan qadar Allah anatara lain sebagai berikut : 1. Berperilaku mawas diri. Ketidaktahuan manusia terhadap qada dan qadar Allah SWT. hendaknya membuat dirinya selalu mawas diri, waspada dan selalu hati-hati. Sikap perilaku waspada dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan, baik
UlamaAsya'ariah, yang di pelopori oleh Abu Hasan Al-Asya'ariah (wafat di Barsah tahun 330 H)., berpendapat bahwa Qada adalah kehendak Allah SWT mengenai segala hal dan keadaan, kebaikan, atau keburukan yang sesuai dengan apa yang di ciptakan oleh Allah dan tidak akan berubah-ubah sampai terwujudnya kehendak tersebut. sedangkan Qadar adalah perwujudan
Imankepada qada dan qadar Allah memiliki fungsi dan manfaat terhadap manusia itu sendiri, antara lain : Memotivasi manusia untuk senantiasa bersyukur, patuh terhadap perintah Allah, menjauhi larangan Allah, dan takut terhadap azab Allah. Iman kepada qada dan qadar yang terefleksi melalui perilaku, diupayakan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
1 Iman Kepada Allah. Iman kepada Allah adalah yang paling pokok dan mendasari seluruhnya. Ajaran islam , dan ia harus diyakini dengan ilmu yang pasti seperti ilmu yang terdapat dalam kalimat syahadat โlaa ilaaha ilallahโ Ia yang menjadi awal,inti dan akhir dari seluruh seruan Islam. 2. Iman Kepada Malaikat.
Imankepada Qada dan Qodar Iman kepada qada dan qadar berarti percaya dan yakin sepenuh hati bahwa Allah Swt mempunyai kehendak, ketetapan, keputusan atas semua makhluknya termasuk segala sesuatu yang meliputi semua kejadian yang menimpa makhluknya bisa berupa hal baik atau buruk. Ini Sangat berkaitan dengan rumusan masalah, yaitu
DalamRukun Iman ada pengajaran akhlak, dengan iman kepada Allah, Rasul, kitab Suci adanya hari kebangkitan dan qadla dan qadar menjadikan manusia berakhlak mulia. demikian pula dalam Rukun Islam โAllah berfirman: Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.โ (Al-Angkabut 29:45)
8GUxzD. - Iman kepada qada dan qadar diimani dengan meyakini bahwa Allah SWT telah menetapkan takdir manusia. Dalam bahasa Arab, qada artinya ketetapan, ketentuan, ukuran, atau takaran. Sementara itu, qadar adalah ketetapan yang telah terjadi dan diwujudkan. Sebagaimana dilansir NU Online, penjelasan dan perbedaan keduanya adalah sebagai qada merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz sejak zaman azali. Takdir dan ketetapan ini sudah diatur oleh Allah SWT bahkan sebelum Dia menciptakan semesta. Artinya, qada merupakan ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi. Hal ini juga tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAWKedua, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Artinya, adalah ketetapan atau keputusan Allah SWT yang memiliki sifat Maha Kuasa qudrah dan qadirun atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik, maupun takdir yang qada itu ketetapan yang belum terjadi, maka qadar adalah terwujudnya ketetapan yang sudah ditentukan sebelumnya yang dapat dipetik dari keimanan kepada qada dan qadar adalah seorang muslim senantiasa optimis, berikhtiar, serta bertawakal kepada Allah SWT, tidak akan berprasangka buruk, baik kepada Allah maupun kepada makhluk-Nya, dan mampu membedakan antara jalan yang baik dan yang buruk karena masing-masing memiliki akibat atau konsekuensinya. Macam-Macam Qadar atau Takdir Secara umum qadar terbagi menjadi dua, yaitu takdir mubham dan muallaq. Takdir mubham adalah ketetapan Allah SWT yang tak dapat diubah, pasti, dan tak bisa diganggu gugat. Contoh sederhana dari takdir mubham adalah semua makhluk di semesta pasti akan mati. Takdir muallaq adalah takdir yang dapat diubah melalui upaya dan kerja keras. Bagaimanapun juga, Allah SWT memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk berubah dan memperbaiki diri. Fungsi Beriman kepada Qada dan Qadar Berikut ini fungsi-fungsi iman kepada qada dan qadar, sebagaimana dikutip dari Pendidikan Agama Islam 2017 yang diterbitkan Mendorong kemajuan dan kemakmuaran2. Menghindari sifat sombong3. Melatih husnuzan atau berbaik sangkaContoh Perilaku dari Iman kepada Qada dan Qadar Berikut perilaku-perilaku yang dapat diterapkan sebagai buah dari keimanan kepada qada dan qadar, sebagaimana dikutip dari uraian "Beriman kepada Qada dan Qadar" yang diterbitkan Kementerian Agama RI Allah tidak akan menyalahi hukum-Nya, Dia berlaku dengan adil dan sesuai dengan ketetapan yang maha bijaksana. Karena itulah, seorang muslim tidak mengeluh dan menyalahkan keadaan yang menimpanya, sesulit apa pun itu. Berusaha menyusun usaha dan strategi, khususnya, dalam hal pekerjaan sehingga hasilnya efektif dan efisien. Jika memperoleh rezeki, seorang muslim patut bersyukur. Sementara itu, jika mengalami musibah, ia bersabar. Salah satu cara bersyukur kerika memperoleh nikmat adalah dengan bersedekah. Sementara itu, sikap sabar adalah tidak mengeluh atau menyalahkan takdir. Baca juga Rangkuman PAI Iman Kepada Kitab Allah Rukun Iman Ketiga & Dalilnya Hikmah Beriman Kepada Rasul Allah dan Dalil Rukun Iman Keempat Contoh Soal dan Jawaban PAI Iman kepada Qada dan Qadar1. Qada adalah ketetapan Allah yang tercantum di Lauhul Mahfuz sejak zaman a. dulub. revolusic. prasejarahd. azalie. Nabi Adam azali2. Qadar atau takdir adalah ketetapan-ketetapan Allah yanga. telah terjadi setelah qadab. terjadi bersamaan dengan qadac. terjadi sebelum qadad. tercantum di Arsye. tercantum di surgaJawabana. telah terjadi setelah qada3. Berikut ini yang termasuk takdir muallaq adalaha. Ahmad siswa yang pandaib. Ahmad adalah anaknya Zaidc. rambut Ahmad keritingd. Ahmad anak ke-4 dari 5 bersaudarae. Ahmad lahir pada tanggal 1 januari 1993Jawabana. Ahmad siswa yang pandai4. Takdir mubram adalaha. takdir yang tidak dapat diubahb. takdir yang dapat diubahc. takdir yang dapat diubah jika manusia menghendakid. takdir yang sesuai dengan keinginan manusiae. takdir yang tidak sesuai dengan keinginan manusiaJawabana. takdir yang tidak dapat diubah5. Sikap seseorang yang beriman kepada qada dan qadar sebaiknyaa. hanya pasrah kepada takdir-Nyab. berupaya dengan keras mencapai harapan yang kita cita-citakanc. pesimistik dalam menghadapi hidupd. duduk berpangku tangane. selalu berusaha mencapai harapan yang dicita-citakan dengan segala caraJawabanb. berupaya dengan keras mencapai harapan yang kita cita-citakan6. Dalam ungkapan sehari-hari,, qada dan qadar disebuta. ikhtiarb. tawakalc. sabard. takdire. nasibJawaband. takdir7. Takdir dibagi menjadi dua sebutkan! Jawaban Takdir mubram tidak dapat diubah karena sudah ketentuan dari allah seperti hidup matinya seseorang Takdir muallaq bisa diubah dengan usaha seperti naik kelas atau tidaknya seseorang. 8. Apa Hikmah Iman Kepada Qada dan Qadar? Jawaban Selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT, sebab percaya bahwa takdir Allah merupakan ketetapan yang terbaik bagi seluruh makhluk-Nya. Selalu rendah hati bahwa segala sesuatu yang terjadi itu semua berkat kehendak Allah. Selalu berjiwa optimis dan tidak putus asa saat merasakan kegagalan. Mungkin Allah akan menggantinya dengan cara lain yang lebih baik. Membiasakan diri untuk bersikap sabar dan tawakal kepada Allah SWT. Jiwa lebih tenang. 9. Sebutkan beberapa contoh qadar! Jawaban Seseorang yang kesulitan memahami pelajaran di sekolah berusaha belajar dengan giat agar memperoleh nilai yang bagus Orang yang mengidap penyakit tertentu berobat dan menjalani gaya hidup sehat agar sembuh Seseorang yang miskin berusaha memperoleh pekerjaan atau membuat suatu usaha hingga menjadi orang yang berkecukupan 10. Sebutkan contoh qada! Jawaban Kelahiran seseorang Jenis kelamin Penampilan fisik Kematian - Pendidikan Penulis Yulaika RamadhaniEditor Addi M Idhom
Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan yang berbeda satu sama lain, ada laki-laki dan perempuan, ada yang berambut lurus dan keriting, berkulit putih dan hitam, ada yang pintar dan merupakan hak Allah SWT yang sering kita sebut dengan takdir. Iman kepada qada dan qadar merupakan rukun iman yang ke 6 yang harus kita Pengertian Iman Kepada Qada dan QadarB. Macam-Macam TakdirC. Dalil Iman Kepada Qada dan QadarD. Ciri-Ciri Orang Yang Beriman Kepada Qada dan QadarE. Hikmah dan Fungsi Iman Kepada Qada dan QadarF. Contoh Qada dan QadarA. Pengertian Iman Kepada Qada dan QadarIman kepada Qada dan Qadar berarti percaya dan yakin sepenuh hati bahwa Allah SWT mempunyai kehendak, ketetapan, keputusan atas semua makhluk-Nya termasuk segala sesuatu yang meliputi semua kejadian yang menimpa itu bisa berupa hal baik atau buruk, hidup atau mati, kemunculan atau kemusnahan. Semua menjadi bukti dari kebesaran Allah SWT. Segala sesuatu telah ditetapkan oleh berartihukum atau keputusan Surat An- Nisaโ ayat 65mewujudkan atau menjadikan Surat Fussilat ayat 12kehendak Surat Ali Imron ayat 47perintah Surat Al- Israโ ayat 23Qadar berartimengatur atau menentukan sesuatu menurut batas-batasnya Surat Fussilat ayat 10ukuran Surat Ar- Raโdu ayat 17kekuasaan atau kemampuan Surat Al- Baqarah ayat 236ketentuan atau kepastian Al- Mursalat ayat 23perwujudan kehendak Allah swt terhadap semua makhluk-Nya dalam bentuk-bentuk batasan tertentu Al- Qomar ayat 49B. Macam-Macam Takdir1. Taqdir muallaqyaitu takdir yang masih digantungkan pada usaha dan ikhtiar manusia. Misalnya seseorang ingin kaya, pintar, dll berarti orang ini harus melalui proses usaha untuk mencapai tujuan yang SWT berfirman2. Taqdir Mubromyaitu takdir yang sudah tidak bisa dirubah oleh manusia walaupun ada ikhtiar dan tawakal. Misalnya adalah kematian SWT berfirmanC. Dalil Iman Kepada Qada dan QadarArtinya โDan yang menentukan kadar masing-masing dan memberi petunjuk.โD. Ciri-Ciri Orang Yang Beriman Kepada Qada dan QadarSeorang muslim yang yakin kepada ketentuan Allah SWT pasti akan mempunyai tingkat ketaatan yang tinggi. Ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadarSelalu sadar dan menerima dalam berusaha dan tidak mudah optimis, bukan bersikap perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-NyaBertawakal kepada Allah SWTMengisi kehidupan dengan hal positif untuk mencapai kebahagiaan di akhirat kelakE. Hikmah dan Fungsi Iman Kepada Qada dan QadarHikmah iman kepada qada dan qadarMelatih diri untuk lebih bersyukur kepada Allah diri kepada Allah seseorang menjadi orang yang giat berusaha dan tidak cepat putus dari sifat diri untuk bersabar dan bertawakal kepada Allah iman kepada qada dan qadarMendekatkan diri kepada Allah SWT Al Hadid ayat 22Mendidik manusia untuk senantiasa berusaha / ikhtiar Ar Raโdu ayat 11 dan An Najm ayat 39 โ 42Mendidik manusia untuk senantiasa sabar dan tawakal Al Baqarah ayat 155 โ 156 dan Ali Imran ayat 159Mendidik manusia untuk tidak besikap sombong /takabur Lukman ayat 18F. Contoh Qada dan QadarBejo merupakan murid yang cerdas, dia jarang belajar. Bejo belajar hanya beberapa menit sebelum ulangan dimulai. Ketika menerima hasil ulangan, bejo mendapat nilai yang kelas 7 SMP Arul adalah murid yang mempunyai prestasi biasa saja. Tetapi karena ketekunan dan usaha nya, dia bisa mengejar teman-temannya. Sehingga saat ujian akhir sekolah Arul menjadi murid yang berusia 14 tahun, sekarang dia duduk di kelas 8. Kehidupan Suparjo jika berdasarkan usia hidup rata-rata penduduk Indonesia yaitu sekitar 64 menginjak usia 15 suparjo sakit keras, berbagai pengobatan telah dijalani, tetapi akhirnya suparjo meninggal terbit pada siang hari, dan bulan serta bintang tampak pada malam laut pasang dan makhluk pasti berjenis kelamin laki-laki atau seseorang yang bodoh bisa pandai jika giat belajar dan berdoa kepada AllahOrang miskin yang sungguh-sungguh berikhtiar disertai doa bisa menjadi orang kayaSetelah mengetahui pengertian, dalil, fungsi, hikmah beriman kepada qada dan qadar, semoga bisa menambah keyakinan kita kepada ketetapan Allah SWT sehingga kita bisa menerima apa adanya ketentuan yang telah ditetapkan oleh Yang Maha ada kesalahan dalam penulisan atau penyampaian silahkan sampaikan lewat pesan komentar dibawah.
HUKUM MEMBICARAKAN PERMASALAHAN QADAROleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-HamdSebelum membicarakan secara terperinci tentang qadhaโ dan qadar, ada baiknya membicarakan mengenai masalah yang tersiar di masa dahulu dan di masa sekarang, yang intinya adalah bahwa tidak boleh membicarakan tentang masalah-masalah takdir secara mutlak. Alasannya bahwa hal itu dapat membangkitkan keraguan dan kebimbangan, dan bahwa masalah ini telah menggelincirkan banyak telapak kaki dan menyesatkan banyak demikian, secara mutlak adalah tidak benar, hal itu dikarenakan beberapa alasan, di antaranya yaitu1. Iman kepada qadar adalah salah satu rukun iman. Iman seorang hamba tidak sempurna kecuali dengannya. Bagaimana hal ini akan diketahui, jika tidak dibicarakan dan dijelaskan perkaranya kepada manusia?2. Iman kepada qadar telah disebutkan dalam hadits teragung dalam Islam, yaitu hadits Malaikat Jibril Alaihissalam, dan hal itu terjadi di akhir kehidupan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Di akhir hadits beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaููุฅูููููู ุฌูุจูุฑูููููุ ุฃูุชูุงููู
ู ููุนููููู
ูููู
ู ุฏูููููููู
ูโDia adalah Malaikat Jibril, ia datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang agama kalian.โ[1]Maka mengetahui masalah takdir -dengan demikian- adalah termasuk bagian dari agama, dan pengetahuan tersebut adalah wajib, walaupun hanya secara Al-Qurโan banyak menyebutkan tentang takdir dan perin-ciannya. Allah Azza wa Jalla pun telah memerintahkan kita agar merenungkan al-Qurโan dan memahaminya, sebagaimana firman-Nyaููุชูุงุจู ุฃูููุฒูููููุงูู ุฅููููููู ู
ูุจูุงุฑููู ููููุฏููุจููุฑููุง ุขููุงุชูููโIni adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya โฆ .โ [Shaad/38 29]Juga firman-Nyaุฃูููููุง ููุชูุฏูุจููุฑูููู ุงููููุฑูุขูู ุฃูู
ู ุนูููููฐ ูููููุจู ุฃูููููุงููููุงโMaka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur-an ataukah hati mereka terkunci.โ [Muhammad/47 24]Lalu, apakah yang mengecualikan ayat-ayat yang membicarakan tentang masalah takdir dari keumuman ayat-ayat tersebut?!4. Para Sahabat bertanya kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tentang perkara yang paling detil mengenai takdir. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Jabir dalam Shahiih Muslim, ketika Suraqah bin Malik bin Juโsyum datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam lalu mengatakan, โWahai Rasulullah, jelaskanlah kepada kami tentang agama kami, seolah-olah kami baru diciptakan pada hari ini, yaitu mengenai amal perbuatan hari ini, apakah berdasarkan pada apa yang telah tertulis oleh tinta pena takdir yang sudah mengering dan takdir-takdir yang telah ditentukan, atau berdasarkan dengan apa yang akan kita hadapi?โBeliau menjawabูุงูุ ุจููู ููููู
ูุง ุฌููููุชู ุจููู ุงููุฃููููุงูู
ูุ ููุฌูุฑูุชู ุจููู ุงููู
ูููุงุฏูููุฑูโTidak, bahkan berdasarkan pada tinta pena yang telah kering dan takdir-takdir yang telah ada.โIa bertanya, โLalu, untuk apa kita beramal?โBeliau menjawabุงูุนูู
ูููููุง! ููููููู ู
ูููุณููุฑูโBeramallah! Sebab semuanya telah dimudahkan.โDalam sebuah riwayat disebutkanููููู ุนูุงู
ููู ู
ูููุณููุฑู ููุนูู
ูููููโSetiap orang yang berbuat telah dimudahkan untuk perbuatannya.โ[2]5. Para Sahabat mengajarkan kepada para murid mereka dari kalangan Tabiโin hal tersebut. Yaitu, dengan bertanya kepada mereka, untuk menguji mereka, dan menguji pemahaman mereka. Sebagaimana disebutkan dalam Shahiih Muslim bahwa Abul Aswad ad-Duali berkata, โImran bin al-Hushain berkata kepadaku, Apakah kamu melihat apa yang dilakukan manusia pada hari ini dan mereka bersungguh-sungguh di dalamnya, apakah hal itu merupakan sesuatu yang ditetapkan atas mereka dan telah berlaku atas mereka takdir sebelumnya? Ataukah sesuatu yang dihadapkan kepada mereka dari apa-apa yang dibawa kepada mereka oleh Nabi mereka dan hujjah telah nyata atas mereka?โSaya menjawab, Bahkan, hal itu merupakan sesuatu yang telah ditentukan atas mereka.โ Dia bertanya, Bukankah itu suatu kezhaliman?โ Saya sangat terperanjat mendengar hal itu. Saya katakan, Segala sesuatu adalah ciptaan Allah dan kepunyaan-Nya, dan Allah tidak ditanya tentang apa yang dilakukan-Nya, tapi merekalah yang akan ditanya.โMaka dia mengatakan kepadaku, Semoga Allah merahmatimu. Sesungguhnya aku tidak menginginkan dengan apa yang aku tanya-kan kepadamu, melainkan untuk menguji akalmu.โโ[3]6. Para imam Salafush Shalih dari kalangan ulama telah mengarang kitab tentang masalah ini, bahkan sangat perhatian mengenainya. Seandainya kita menyatakan larangan membicarakan tentang takdir, berarti kita telah menganggap mereka sesat dan menilai dungu akal Seandainya kita tidak membicarakan tentang takdir, niscaya manusia tidak mengerti mengenainya. Dan mungkin pintu menjadi terbuka bagi ahli bidโah dan ahli kesesatan untuk menyebarkan kebathilan mereka dan mencampuradukkan agama kaum Hilangnya ilmu dan kebajikan. Seandainya kita tidak membicarakan tentang takdir dan berbagai manfaatnya, niscaya kita kehilangan ilmu yang melimpah dan kebajikan yang ditanyakan Bagaimana kita mengkompromikan antara hal ini dengan apa yang disebutkan tentang celaan membicarakan mengenai takdir, sebagaimana dalam sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, yang disebut-kan dalam hadits Ibnu Masโud Radhiallahu anhu,ุฅูุฐูุง ุฐูููุฑู ุฃูุตูุญูุงุจููู ููุฃูู
ูุณูููููุงุ ููุฅูุฐูุง ุฐูููุฑู ุงููููุฌูููู
ู ููุฃูู
ูุณูููููุงุ ููุฅูุฐูุง ุฐูููุฑู ุงููููุฏูุฑู ููุฃูู
ูุณูููููุงโJika para Sahabatku dibicarakan, maka diamlah, jika bintang-bintang dibicarakan, maka diamlah, dan jika takdir dibicarakan, maka diamlah.โ[4]Demikian pula riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sangat marah sekali, ketika beliau keluar menemui para Sahabatnya pada suatu hari saat mereka sedang berdebat tentang masalah takdir, sehingga wajah beliau memerah, seolah-olah biji delima terbelah di keningnya, lalu beliau bersabda,ุฃูุจูููุฐูุง ุฃูู
ูุฑูุชูู
ูุ ุฃูู
ู ุจูููุฐูุง ุฃูุฑูุณูููุชู ุฅูููููููู
ูุ ุฅููููู
ูุง ุฃููููููู ู
ููู ููุงูู ููุจูููููู
ู ุญููููู ุชูููุงุฒูุนูููุง ูููู ููุฐูุง ุงููุฃูู
ูุฑูุ ุนูุฒูู
ูุชู ุนูููููููู
ู ุฃููุงูู ุชูููุงุฒูุนูููุง ููููููโApakah dengan ini kalian diperintahkan? Apakah dengan ini aku diutus kepada kalian? Sesungguhnya umat-umat sebelum kalian telah binasa ketika mereka berselisih mengenai perkara ini. Oleh karena itu, aku meminta kalian, janganlah berselisih mengenainya.โ[5]Jawaban mengenai hal itu Bahwa larangan yang disebutkan tersebut adalah karena mengandung perkara-perkara berikut ini1. Membicarakan takdir dengan kebathilan serta dengan tanpa ilmu dan dalil. Allah Subhanahu wa Taโala berfirmanููููุง ุชููููู ู
ูุง ููููุณู ูููู ุจููู ุนูููู
ูโDan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnyaโฆ .โ [Al-Israaโ/17 36]Dia pun berfirman tentang orang-orang yang berdosaู
ูุง ุณูููููููู
ู ููู ุณูููุฑู ููุงูููุง ููู
ู ูููู ู
ููู ุงููู
ูุตููููููู ููููู
ู ูููู ููุทูุนูู
ู ุงููู
ูุณูููููู ูููููููุง ููุฎููุถู ู
ูุนู ุงููุฎูุงุฆูุถููููโApakah yang memasukkanmu ke dalam Saqar Neraka? Mereka menjawab, Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang menger-jakan shalat, tidak pula kami memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil bersama dengan orang-orang yang membicarakannya.โโ [Al-Muddatstsir/74 42-45]2. Bersandar hanya kepada akal manusia yang terbatas dalam mengetahui takdir, jauh dari petunjuk al-Qurโan dan as-Sunnah. Sebab, akal manusia tidak mampu mengetahui hal itu secara terperinci, karena akal mempunyai keterbatasan dan juga kemampuan yang terbatas, maka wajib bagi akal untuk berhenti pada dalil-dalil al-Qurโan dan as-Sunnah yang shahih.[6]3. Tidak pasrah dan tunduk kepada Allah dalam takdir-Nya. Hal itu karena takdir adalah perkara ghaib, yang mana perkara ghaib itu landasannya adalah Membahas tentang aspek yang tersembunyi mengenai takdir, yang mana ia merupakan rahasia Allah dalam ciptaan-Nya, dan takdir tersebut tidak diketahui oleh Malaikat yang didekatkan kepada Allah dan tidak pula oleh Nabi yang diutus, dan hal itu pun termasuk di antara perkara di mana akal tidak mampu untuk memahami dan mengetahuinya.[7]5. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan yang tidak sepatutnya ditanyakan, seperti orang yang bertanya dengan nada protes Mengapa Allah memberi petunjuk kepada si fulan dan menyesatkan si fulan? Mengapa Allah membebani dengan kewajiban kepada manusia di antara seluruh makhluk? Mengapa Allah memberi kekayaan kepada si fulan dan memberi kemiskinan kepada si fulan? Dan seterusnyaโฆAdapun orang yang bertanya untuk mendapatkan pemahaman, maka tidaklah mengapa, sebab obat kebodohan adalah bertanya. Adapun orang yang bertanya dengan nada protes -bukan untuk memahami dan tidak pula untuk belajar- maka itulah yang tidak boleh, baik pertanyaannya sedikit maupun banyak.[8]6. Berbantah-bantahan mengenai takdir, yang menyebabkan perselisihan manusia di dalamnya dan terpecahnya mereka dalam masalah itu. Semua ini termasuk perkara yang kita dilarang termasuk dalam kategori perbantahan yang tercela membantah aliran yang sesat, menolak berbagai syubhat mereka, dan meruntuhkan berbagai argumentasi mereka, karena usaha tersebut berarti memenangkan kebenaran dan mengalahkan sini nampak jelas bagi kita, bahwa larangan membicarakan tentang takdir secara mutlak adalah tidak benar, tetapi larangan tersebut berlaku untuk perkara-perkara yang telah disebutkan pembahasan dalam perkara yang akal manusia mampu memahaminya, yang berlandaskan pada nash-nash, seperti membahas tentang tingkatan-tingkatan takdir, macam-macam takdir, kemakhlukan perbuatan hamba, dan pembahasan-pembahasan tentang takdir lainnya, maka semua ini telah dimudahkan lagi jelas, juga tidak dilarang untuk membahasnya. Kendatipun tidak semua orang mampu memahaminya secara terperinci, tetapi dalam permasalahan ini ada ulama yang mempelajarinya dan menjelaskan apa yang terdapat di antara yang menegaskan hal itu -bahwa larangan tersebut bukanlah secara mutlak- yaitu telah disebutkan dalam hadits terdahulu, -yakni dalam hadits Ibnu Masโud,- di samping perintah untuk tidak membicarakan masalah takdir, ialah perintah untuk tidak membicarakan para dari tidak membicarakan para Sahabat adalah, tidak membicarakan tentang apa yang diperselisihkan di antara mereka dan tidak membicarakan keburukan-keburukan mereka juga kekurangan-kekurangan menyebutkan kebaikan-kebaikan mereka dan memuji mereka, maka ini adalah perkara yang terpuji tanpa diperselisihkan oleh para ulama. Sebab, Allah telah memuji mereka dalam al-Qurโan, demikian pula Rasulullah Shallallahu alaihi wa antara yang menegaskan hal itu, bahwa sebab kemarahan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, sebagaimana dalam hadits terdahulu, -yaitu hadits at-Tirโmidzi- hanyalah karena sebab berbantah-bantahannya para Sahabat dalam masalah takdir.โMaka, membicarakan tentang takdir atau membahasnya dengan metode ilmiah yang shahih, tidaklah diharamkan atau dilarang. Te-tapi yang dilarang oleh Rasulullah n hanyalah berbantah-bantahan mengenai takdir.โ[9]Ringkasnya, dalam masalah ini, bahwa pembicaraan mengenai takdir tidak dibuka secara mutlak dan tidak pula ditutup secara mutlak. Jika pembicaraan tersebut dengan haq, maka tidak terlarang, bahkan mungkin wajib, adapun jika dengan kebathilan, maka dilarang.[Disalin dari kitab Al-Iimaan bil Qadhaa wal Qadar, Edisi Indoensia Kupas Tuntas Masalah Takdir, Penulis Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Penerjemah Ahmad Syaikhu, Sag. Penerbit Pustaka Ibntu Katsir] _______ Footnote [1]. HR. Muslim, kitab al-Iimaan, I/38 8. [2]. HR. Muslim, bab al-Qadar, VIII/48, no. 2648. [3]. HR. Muslim, bab al-Qadar, VIII/48-49, no. 2650. [4]. HR. Ath-Thabrani dalam al-Kabiir, X/243, Abu Nuโaim dalam al-Hilyah, IV/108. Abu Nuโaim berkata, โGhariib dari hadits al-Aโamasy, karena Musahhar meriwayatkan sendirian.โ Al-Haitsami berkata dalam Majmaโuz Zawaa-id, VII/202, โDi dalamnya terdapat Musahhar bin Abdul-malik, dan dia dianggap tsiqah oleh Ibnu Hibban dan selainnya. Mengenai dirinya diperselisihkan, dan para perawinya yang lain adalah para perawi kitab Shahiih.โ Al-Iraqi berkata dalam al-Mughni an Hamlil Asfaar, I/41, โSanadnya hasan.โ Hadits ini dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam al-Fat-h, XI/486. As-Suyuthi mengisyaratkan kehasanannya dalam al-Jaamiโush Shaghiir Faidhul Qadiir, I/348, dan al-Albani menilainya sebagai hadits shahih dalam Shahiihul Jaamiโ, no. 545. Lihat pula, Silsilah ash-Shahiihah, I/42, no. 34. Al-Mubarakfuri berkata dalam Tuhfatul Ahwadzi, VI/336, โSanadnya hasan.โ Hadits ini datang dari hadits Tsauban Radhiyallahu anhu dengan lafazhnya, dalam riwayat ath-Thabrani dalam al-Kabiir, II/96, no. 1427. Al-Haitsami berkata dalam Majmaโuz Zawaa-id, VII/202, โDi dalamnya terdapat Yazid bin Rabiโah, dan dia adalah dhaโif.โ [5]. HR. At-Tirmidzi dari hadits Abu Hurairah, kitab al-Qadar bab Maa Jaa-a fit Tasydiid fil Khaudh fil Qadar, IV/443, no. 2133, dan dia mengatakan, โDalam bab ini dari Umar, Aisyah dan Anas. Hadits ini gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalan ini dari hadits Shalih al-Mirri. Sedangkan Shalih al-Mirri mempunyai banyak hadits gharib yang diriwayatkannya sen-dirian yang tidak diikuti dengan riwayat-riwayat pendukung.โ Al-Albani menilai hasan dalam Shahiih Sunan at-Tirmidzi, II/223, no. 1732 dan 2231. Hadits ini mempunyai pendukung dari hadits Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu dengan redaksiูุงู ุชูุฌูุงููุณูููุง ุฃููููู ุงููููุฏูุฑู ูููุงู ุชูููุงุชูุญูููููู
ูโJanganlah bergaul dengan orang-orang yang suka membicarakan takdir dan jangan membuka pembicaraan dengan mereka.โ Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad, I/30, Abu Dawud, V/84, no. 4710 dan 4720, dan al-Hakim, I/85. [6]. Lihat, al-Ibaanah, Ibnu Baththah al-Ukbari, I/421-422. [7]. Lihat, ad-Diinul Khaalish, Shiddiq Hasan, III/171. [8]. Syarh al-Aqiidah ath-Thahaawiyyah, Ibnu Abil Izz al-Hanafi, hal. 262, al-Ikhtilaaf fil Lafzh war Radd alal Jahmiyyah wal Musyabbihah, Ibnu Qutaibah, hal. 35, dan Syarhus Sunnah, al-Barbahari, hal. 36. [9]. Al-Qadhaaโ wal Qadar fil Islaam, Dr. Faruq ad-Dasuqi, I/368. Home /A7. Buah Keimanan Kepada.../Hukum Membicarakan Permasalahan Qadar